“No Truth Found” akhirnya menjadi sebuah pembuktian untuk metalheadz yang haus akan karya nyata dengan skala kecerdasan tinggi. Lebih berkompromi, terencana, dan terstruktur rapi dibanding debut album “Revival” menjadi hal penting yang ingin mereka tunjukan kedalam sisi teknikal sebuah musikalitas.
Tahapan serta proses pembelajaran menjadi salah satu faktor pembentukan sisi kematangan dan kedewasaan bermusik Carnivored. Skilful personal juga menjadi daya tarik unggul yang patut dicermati selain penambahan instrument pendukung seperti piano.
Total album ini terdapat 11 track pemusnah masal, plus lengkap dengan segmentasi lirik sesuai situasi serta kondisi di negeri tanah anarki bernama Indonesia. Dimana pengaburan berita dan informasi penting yang seharusnya dikonsumsi publik harus dipelintir bahkan dilenyapkan oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab, menjadi salah satu penggalan tema lirik yang fasih dilantangkan oleh sang vokalis. Detik-detik masuknya Welby pada posisi bass juga memberi salah satu point penting album ini dengan menyuntikan darah segar ke sendi-sendi organ vital Carnivored.
Dari segi musik, album ini memiliki sound yang mampu memporak-porandakan gendang telinga lewat tebal dan kokohnya pattern drum. Sedikit mengingat kembali dengan kemegahan album “Diminishing Between Worlds” milik kaisar tecnhical death metal asal Amerika, Decrepit Birth. Kesan modern juga tak luput menyelimuti nuansa album lewat harmonisasi riff with groove and melodic influence. Seakan kita terbawa hanyut dengan alunan gitar ber-atmosfer bule semisal: Trivium, Unearth, Chimaira, LOG hingga Fear Factory. Meski demikian mereka tak melepas pakem awal death metal begitu saja.
“No Truth Found” terlahir dari sebuah sketch bernama “Revival” dengan tercipta melalui kejeniusan pola pikir. (9.5/10)
0 komentar:
Post a Comment